Kebumen_Memperingati
HUT Kemerdekaan RI yang ke-78, salah satu agenda kegiatan yang digelar di MTsN
1 Kebumen adalah Malam Tirakatan. Acara ini diikuti oleh Kepala Madrasah, Fitriana
Aenun, guru, karyawan dan peserta didik (santri) yang tinggal di Islamic
Boarding School (IBS) pada Rabu malam Kamis (16/8/2023).
Mengundang KH.
Dawamuddin Masdar, mantan Kamad MTsN 1 yang juga ketua FKUB, Ketua Tanfidziyah
NU, sekaligus Wakil Ketua MUI Kabupaten Kebumen suasana Malam Tirakatan di Aula
Madrasah tersebut berlangsung hangat.
Menurut KH. Dawam, kemerdekaan
tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama. Salah satunya adalah hasil
istikharoh para ulama sehingga Hari Kemerdekaan dilaksanakan pada Jumat 17
Agustus 1945.
Perjuangan mencapai
kemerdekaan sejalan dengan esensi hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke
Madinah serta ke Thaif, dalam rangka mencari keamanan dan kemerdekaan beribadah
dari para kaum musyrikin yang mengancam keselamatan mereka. Sebagian sahabat bahkan
hijrah hingga ke Ethiopia(Abasyah) yang
rajanya Nasrani tapi mau menerima dan sanggup menjamin keamanan mereka.
Perang untuk mencapai
kemerdekaan dan kebebasan beribadah juga dilakukan oleh Nabi, di antaranya
perang Uhud dan perang Badar. Menang kalah juga dialami Nabi. Kekalahan di
perang Uhud misalnya karena rusaknya orientasi perjuangan kaum muslim pada kepentingan
dunia.
“Kita harus bisa
mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa sejarah yang terjadi!” tegasnya.
Selanjutnya KH Dawam
menekankan pentingnya kemampuan bahas Inggris dan Arab terutama bagi para
santri IBS agar bisa menjadi tokoh-tokoh dunia. Santri harus berpikir moderat,
luas, dan terbuka.
“Tirulah budaya Jepang
yang tingkat literasi dan kedisiplinannya sangat tinggi. Singapura bukan
negara mayoritas muslim, tapi budaya kebersihannya sangat bagus. Kebersihan
adalah prinsip Islam sehingga kita perlu meniru budaya mereka. Banyak bangsa yang bukan Islam tapi perilakunya sangat
islami. Jangan terpukau atau meniru Islam pada sekadar baju atau tampilannya,
tapi lebih penting pada sikap dan
perilakunya yang baik seperti yang diajarkan Nabi.”
Sebagai penutup KH
Dawam mengingatkan para santri agar belajar sungguh-sungguh dan menghormati orang
tua dan guru.
“Kalian bisa beribadah
itu berkat kyai dan guru, tirulah Nabi tapi pakai penjelasan guru dan kyai. Tidak
belajar sendiri atau hanya lewat video di medsos. Seperti ahli hadits Imam Bukhari yang dalam
sanadnya selalu menyebut ‘kata guru saya’, atau ‘menurut kyai saya, Nabi
Muhammad begini, begitu dan seterusnya, karena kita tidak akan paham tentang
Nabi tanpa penjelasan ulama, kyai atau guru,” pungkasnya. (Isu)